Pada tahun 1930,
Hammet telah mempelajari hubungan antara struktur dan aktivitas biologik dari
suatu senyawa seturunan. Ternyata, adanya perubahan gugus pada senyawa induk
dapat menyebabkan perubahan pada lipofilitas, elektronik atau sterik suatu
senyawa, sehingga dapat menyebabkan perubahan pada aktivitas biologik yang
ditimbulkannya.
Hammet mengemukakan
bahwa efek elektronik dari suatu gugus dapat mempengaruhi tetapan keseimbangan
atau tetapan reaksi suatu senyawa. Parameter elektronik memberikan nilai yang
merupakan ukuran tingkat kekuatan menyumbangkan elektron atau menarik elektron.
Dengan kata lain adanya gugus pengganti dapat mengubah kekuatan elektronik pada
pusat reaksi.
Suatu
reaksi polar terjadi karena interaksi antara sebuah nukleofil dengan sebuah elektrofil.
Kekuatan interaksi dan affinitas reaksi tersebut umumnya dikuasai oleh kekuatan
nukleofil dan elektrofil pereaksi. Gugus substituen yang tidak mengalami reaksi
namum berlokasi di dekat pusat reaksi mengganggu kekuatan tersebut melalui penarikan
elektron atau penyumbangan elektron. Substituen pemberi elektron meningkatkan
kekuatan nukleofil (kebasaan) dan menurunkan kekuatan elektrofil (keasaman);
hal yang sebaliknya terjadi pada substituen penarik elektron yang akan meningkatkan
kekuatan elektrofil dan menurunkan kekuatan nukleofil pereaksi.
Pada tahun
1937 Hammett mengusulkan suatu hubungan kuantitatif untuk menghitung pengaruh
substituen terhadap reaktivitas molekul, hubungan ini disebut persamaan
Hammett.
dengan k = tetapan hidrolisis
ester tersubstitusi meta atau para,
ko
= tetapan hidrolisis yang bekaitan
dengan senyawa tak tersubstitusi,
σ =
tetapan substituen,
ρ = tetapan reaksi.
Persamaan
ini menggambarkan pengaruh substituen polar posisi meta atau para terhadap sisi
reaksi turunan benzena. Persamaan Hammet tidak berlaku untuk substituen pada
posisi orto karena adanya efek sterik, dan juga terhadap turunan alifatik
karena pelintiran rantai karbon dapat menimbulkan aksi sterik. Suatu alur log k/ko
lawan σ
adalah linier, dan kemiringannya adalah ρ. Tetapan substituen σ ditetapkan dengan Persamaan :
dengan Ko
menyatakan tetapan ionisasi asam benzoat, dan K adalah tetapan
ionisasi turunan asam benzoat.
Tabel
1. Tetapan nilai subtituen
Pada tabel
1 telah jelas bahwa nilai σ bagi beberapa gugus adalah negatif sedangkan yang lain
adalah positif. Nilai negatif bagi gugus amino menunjukkan peningkatan kerapatan
elektron pada pusat reaksi sedangkan nilai positif bagi nitril menunjukkan penurunan
kerapatan elektron. Nilai-nilai tersebut dapat digunakan sebagai ukuran derajat
pengusiran atau penarikan elektron oleh gugus terhadap cincin benzena.
Nilai angka
bagi ρ (Tabel 2) dapat diinterperetasikan
dengan yang sama. Suatu reaksi yang melibatkan muatan positif dalam keadaan
transisi akan dibantu oleh substituen pemberi elektron dan nilai ρ akan negatif. Di pihak lain bagi reaksi
yang melibatkan penurunan muatan positif atau meningkatan muatan negatif akan dipermudah
oleh substituen penarik elektron dan nilai ρ akan positif. Besarnya nilai ρ menunjukkan kepekaan pusat reaksi
terhadap efek polar dari substituen dan juga memberikan informasi tentang sifat
keadaan transisi yang terlibat dalam reaksi. Kecepatan sejumlah reaksi telah
dihubungkan dengan persamaan Hammet, dan beberapa yang lain dapat diperkirakan
dengan menggunakan persamaan Hammet. Sangat sulit memperkirakan ρ dari kondisi percobaan karena ρ tergantung pada banyak faktor seperti
pelarut, sifat gugus pergi, dan sebagainya. Penempatan gugus metilen di antara
pusat reaksi dengan cincin aromatik akan menurunkan nilai ρ karena efek polar diteruskan melalui
ikatan yang telah bertambah.
Persamaan
Hammet yang telah mengalami perluasan tertentu telah diusulkan. Jaffe
menyelidiki sifat penambahan lebih daripada satu gugus kepada cincin aromatik. Jaffe
menemukan bahwa nilai σ untuk berbagai gugus dapat dijumlahkan dan hubungan berikut
memberikan hasil yang baik.
dengan Σσ berarti jumlah nilai-nilai σ dari semua gugus.
Bagi
senyawa yang mengandung lebih dari satu cincin benzena, Persamaan berikut ini
dapat digunakan untuk menghubungkan hasil-hasil tersebut.
Di dalam
sistem alifatik kaku seperti asam 4-substituen bisiklo[2,2,2]oktan-1-karboksilat
(22), substituen - substituen
juga mengikuti persamanaan Hammett meskipun dengan kumpulan nilai σ yang berbeda, digambarkan dengan σ1. Nilai σ1 menyatakan efek elektrik substituen
yang terikat pada atom karbon hibrida sp3 karena efek ini diteruskan
elektron σ.
Nilai σ1 sejumlah gugus diberikan dalam Tabel 1.
Tabel
2. Hubungan kecepatan reaksi dengan tetapan subtituen
Persamaan
Hammett terbukti paling sukses digunakan untuk hubungan kuantitatif antara
struktur-struktur senyawa dengan kesetimbangan atau kecepatan reaksi. Akan tetapi
teramati pula adanya penyimpangan dari persaman tersebut. Telah ditemukan adanya
grafik antara logaritme tetapan kecepatan reaksi lawan σ yang non-linear, diperoleh dari reaksi
klorinasi dengan nitrasi benzena tersubstitusi, dan reaksi benzilhalida dengan
amina. Tetapan kecepatan reaksi solvolisis meta-substitusi fenildimetilkarbinil
klorida memberikan grafik linier terhadap tetapan σ, tetapi parasubstituen menyimpang dari
linearitas. Alasan yang paling penting untuk deviasi ini adalah interaksi
resonansi antara substituen dengan pusat reaksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ariens, E.
J. 1971. Drug Design. New York and
London : Academic Press.
Firdaus. 2009. Modul
Pembelajaran Kimia Organik Fisis I. Makasar: Universitas Hasanudin.
Pertanyaan:
Kenapa
persamaan Hammet tidak berlaku untuk substituen pada posisi orto dan juga
terhadap turunan alifatik?
Terimakasih atas materinya, menurut saya pada posisi orto alifatik memiliki halangan sterik yg besar sehingga persamaan hammet tidak berlaku
BalasHapusterima kasih pemaparan materinya tami, menurut saya persamaan hammett tidak dapat diterapkan pada subtitusi orto dan alifatik dikarenakan adanya sterik yang besar
BalasHapushai bayu:)
BalasHapusMenurut saya persamaan Hammett tidak berlaku pada subtituen orto dikarenakan adanyan efek sterik, dimana halangan sterik tersebut akan menghalangi elektron untuk masuk ke gugus fungsinya. Terimakasih
Terima kasih untuk materi yg disampaikan.
BalasHapusMenurut sya hal tersebut karena subtitusi orto dan alifatik memiliki halanhan sterik yang besar
Hai bayuuu
BalasHapusTerimakasih atas materi yg dipaparkan , menurut saya baik pd posisi orto maupun alifatik sama sama memiliki efek sterik yang besar sehingga akan menghalangin elektron untuk bisa masuk pd gugus fungsinya
Terimakasih
materi yang menarik bayu, menurut saya alasan kenapa persamaan hammett tidak berlaku pada posisi orto dikarenakan, pada posisi tsb halangan steriknya lebih besar.
BalasHapuskarena adanya halangan sterik akan menyebabkan pada posisi ortho tidak bisa direalisasikan untuk persamaan hammet
BalasHapusmateri yang sangat menarik, menurut saya hal ini desebabka karena halangan sterik pada senyawa tersebut.
BalasHapusMenurut saya, hal ini disebabkan karena pada posisi orto adanya efek sterik dan turunan alifatik karena pelintiran rantai karbon dapat menimbulkan aksi sterik.
BalasHapusKarena adanya halangan sterik pada orto sehingga tidak akan sulit terjadi reaksi
BalasHapusTerimakasih untuk materinya menurut literatur persamaan Hammet tidak berlaku untuk substituen pada posisi orto karena adanya efek sterik, dan juga terhadap turunan alifatik karena pelintiran rantai karbon dapat menimbulkan aksi sterik.
BalasHapusterima kasih atas materinya
BalasHapussaya akan mencoba menjawab pertanyaan pemateri
hal ini karna adanya efek sterik untuk posisi orto dan untuk turunan alifatik karna adanya pelintiran karbon hal ini juga menimbulkan aksi sterik
Terimakasih untuk materinya bayu
BalasHapusBaiklah, disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang saaudari ajukan
Pee. Hammet tidak berlaku pada posisi orti karena adanya efek sterik yang ditimbulkan ileh senyawa tersebut
Terimakasih :)
terimakasih bayu atas penjelasannya
BalasHapusmenurut saya untuk penyebabnya dikarenakan adanya efek sterik padda posisi orto
Menurut saya Persamaan Hammet tidak berlaku untuk substituen pada posisi orto karena adanya efek sterik, dan juga terhadap turunan alifatik karena pelintiran rantai karbon dapat menimbulkan aksi sterik.
BalasHapusTerimakasih bayu
BalasHapusUntuk alasan posisi orto dikarenakan posisi orto memiliki halangan sterik yang sangat besar
Untuk turunan alifatik karena adanya pelintiran rantai karbon dapat menimbulkan aksi sterik (halangan sterik) juga
Sehingga keduanya akibat pengaruh efek sterik masing-masing
Terimakasih
Menurut saya hal ini karna adanya efek sterik untuk posisi orto dan untuk turunan alifatik karna adanya pelintiran karbon hal ini juga menimbulkan aksi sterik
BalasHapusTerimakasih atas materi yang disampaikan
BalasHapusSaya akan mencoba untuk menjawab
Menurut saya tidak berlaku pada posisi orto karena adanya halangan sterik yang besar
Semoga bermanfaat
Hello bayu terima kasih atas penjelasannya
BalasHapusPers.hammet tidak berlaku untuk posisi orto dan turunan alifatik dikarenakan adanya efek sterik yg mnyebabkan elektron tidak dapat masuk pada pusat gugus reaksi...
Semoga membantu