11.
Pengertian asam dan basa
Asam merupakan
zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik, misalnya memiliki rasa asam, dapat
merusak permukaan logam juga lantai marmer atau sering disebut dengan korosif.
Asam juga dapat bereaksi dengan logam dan menghasilkan gas hydrogen, sebagai
indicator sederhana terhadap senyawa asam, dapat dipergunakan kertas lakmus,
dimana asam dapat mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.
Basa merupakan
istilah kimia yang digunakan untuk semua zat yangdapat menetralkan asam. Selain
karena kemampuan basa yang dapat menetralkan asam, basa pun memiliki kemampuan
untuk melarutkan minyak dan debu, sehingga basa digunakan untuk berbagai
keperluan.Sebagai indicator sederhana senyawa basa dapat dipergunakan kertas
lakmus, dimana basa dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi biru.
Svante
Arrhenius (1887) mengemukakan bahwa asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan
kedalam air akan menghasilkan ion hidronium (H+). Asam umumnya
merupakan senyawa kovalen dan akan bersifat asam bila sudah larut ke dalam air.
Sedangkan basa adalah suatu senyawa yang di dalam air (larutan) daapt
menghasilkan ion OH-. Umumnya basa terbentuk dari senyawa ion yang
mengandung gugus hidroksida (OH-) di dalamnya.
Penjelasan
tentang asam dan basa menurut Svante Arrhenius tidak memuaskan untuk
menjelaskan tentang sifat asam basa pada larutan yang bebas air atau pelarutnya
bukan air. Misalnya asam asetat akan bersifa asam bila dilarutkan kedalam air
tetapi ternyata sifat asam tersebut tidak tampak ketika dilarutkan dalam
benzene. Dari kenyataan tersebut, Johannes Brosted dan Thomas Lowry secara
terpisah mengusulkan bahwa yang berperan dalam memberikan sifat asam dan basa
suatu larutan adalah ion H+ atau Proton (Sudarmo,2006). Menurut
konsep Brosted Lowry mengenai asam dan basa, suatu asam adalah zat yang dapat
memberikan ion hydrogen yang bermuatan positif atau proton (H+).
Basa didefinisikan sebagai zat yang dapat menerima H+.
Konsep asam basa menurut Brosted Lowry mempunyai
keterbatasan, terutama di dalam menjelaskan reaksi-reaksi yang melibatkan
senyawa tanpa proton (H+). Misalnya, reaksi antara senyawa NH3
dan BF3 dan beberapa reaksi yang melibatkan senyawa kompleks. Pada
tahun 1932 ahli kimia G.N. Lewis mengajukan konsep baru mengenai asam basa,
sehingga dikenal adanya basa Lewis dan asam Lewis. Menurut konsep trsebut yang
dimaksud dengan basa Lewis adalah suatu senyawa yang dapt memberikan pasangan
electron kepada senyawa lain atau donor pasangan electron, sedangkan asam Lewis
adalah senyawa yang mampu menerima pasangan electron atau akseptor electron.
22.
Asam dan basa organik
Ø Asam organik
Asam organik dicirikan oleh adanya atom
hidrogen yang terpolarisasi positif. Terdapat dua macam
asam organik, yang pertama adanya atom hidrogen yang terikat dengan
atom oksigen, seperti pada metil alkohol dan asam asetat. Kedua, adanya atom
hidrogen yang terikat pada atom karbon di mana atom karbon tersebut berikatan langsung
dengan gugus karbonil (C=O), seperti pada aseton. Metil alkohol mengandung
ikatan O-H dan karenanya bersifat asam lemah, asam asetat juga memiliki
ikatan O-H yang bersifat asam lebih kuat. Asam asetat bersifat asam yang lebih
kuat dari metil alkohol karena basa konjugat yang
terbentuk dapat distabilkan melalu resonansi, sedangkan basa konjugat dari
metil alkohol hanya distabilkan oleh keelektronegativitasan
dari atom oksigen.
Keasaman aseton diperlihatkan dengan basa
konjugat yang terbentuk distabilkan dengan resonansi.
Dan lagi, datu dari bentuk resonannya menyetabilkan muatan negatif dengan
memindahkan muatan tersebut pada atom oksigen.
Ø Basa organik
Basa organik dicirikan dengan adanya atom
dengan pasangan elektron bebas yang dapat mengikat proton.
Senyawa-senyawa yang mengandung atom nitrogen adalah salah satu
contoh basa organik, tetapi senyawa yang mengandung oksigen
dapat pula bertindak sebagai basa ketika direaksikan dengan
asam yang cukup kuat. Perlu dicatat bahwa senyawa yang mengandung atom
oksigen dapat bertindak sebagai asam maupun basa,
tergantung lingkungannya. Misalnya aseton dan metil alkohol dapat
bertindak sebagai asam ketika menyumbangkan proton, tetapi
sebagai basa ketika atom oksigennya menerima proton.
Suatu asam karboksilat
adalah suatu senyawa yang mengandung gugusan karboksil, suatu istilah yang
berasal dari karbonil dan hidroksil. Gugusan yang terikat pada gugusan
karboksil dalam asam karboksilat bisa gugus apa saja, bahkan bisa gugus
karboksil lain.
Dalam asam karboksilat gugus
-COOH terikat pada gugus alkil (-R) atau gugus aril (-Ar). Meskipun yang
mengikat gugus –COOH daspat berupa gugus alifatik atau aromatic, jenuh atau
tidak jenuh, tersubstitusi atau tidak tersubstitusi sifat yang diperlihatkan
oleh gugus –COOH tersebut pada dasarnya sama. Di samping terdapat asam yang
mengandung satu gugus karboksil (asam monokarboksilat), diketahui juga terdapat
asam yang memiliki dua gugus karboksil (asam dikarboksilat) dan tiga buah gugus
karboksil (asam trikarboksilat). Perbedaan banyaknya gugus –COOH ini tidak
mengakibatkan perubahan sifat kimia yang mendasar. Pada bidang biologi,
terdapat gugus asam dengan derajat keasaman yang rendah, misalnya gugus -OH,
-SH, gugus enol, gugus fenol. Senyawa bio-organik dengan gugus semacam ini
tidak digolongkan sebagai asam organik. Contoh senyawa tersebut antara lain: asam laktat,
asam asetat,
asam format,
asam sitrat
dan asam oksalat.
Faktor-faktor yang dapat
meningkatkan kestabilan anion berarti akan menaikkan keasaman, dan
faktor-faktor yang mengurangi kestabilan anion akan menyebabkan penurunan
keasaman suatu asam karboksilat. Menurut teori asam-basa Bronsted Lowry, bila
suatu asam karboksilat bersifat asam kuat, maka basa konjugasinya bersifat basa
lemah, sebaliknya bila suatu asam karboksilat bersifat asam lemah, maka basa konjugasinya
bersifat basa kuat.
Fator – faktor yang mempengaruhi keasaman asam
karboksilat
a.
Pengukuran kekuatan asam
Dalam air asam karboksilat berada pada kesetimbangan dengan ion karboksilat
dan ion hidronium. Satu ukuran dari kekuatan asam ialah besarnya ionisasi
daslam air. Lebih besar jumlah ionisasi, lebih kuat asamnya. Asam karboksilat
umumnya asam yang lebih lemah daripada H3O+; daslam
larutan air, kebanyakan molekul asam karboksilat tidak terionisasi. Kekuatan
asam dinyatakan sebagai konstanta asam Ka, konstanta kesetimbangan
ionisasi dalam air.
Dimana : [RCO2H]
= molaritas dari RCO2H
[RCO2]
= molaritas dari RCO2-
[H3O+] atau [H+] =
molaritas H3O+ atau H+
Harga Ka yang lebih besar berarti asam tersebut lebih kuat sebab konsentrasi
dari RCO2- dan H+ lebih besar. Untuk
mempermudah maka harga pKa= adalah pangkat megatifdari pangkat dalam Ka.
Apabila Ka bertambah, pKa berkurang; oleh sebab itu makin kecil pKa berarti
makin kuat asamnya.
b. Resonansi dan kekuatan asam
Sebab
utama asam karboksilat bersifat asam adalah resonansi stabil dari ion
karboksilat. Kedua struktur dari ion karboksilat adalah ekivalen; muatan
negatif dipakai sam oleh kedua atom oksigen. Delokalisasi dari muatan negatif
ini menjelaskan mengapa asam karboksilat lebih asam daripada fenol. Walaupun ion
fenoksida merupakan resonansi stabil kontribusi utama struktur resonansi
mempunyai muatan negatif berada pada satu atom.
c. Efek induksi dan kekuatan asam
Faktor lain disamping resonansi stabil dari ion karboksilat mempengaruhi
keasaman dari senyawa. Delokalisasi lebih jauh dari muatan negatif ion
karboksilat menstabilkan anion, relative terhadap asamnya. Penambahan
kestabilan dari anion menyebabkan bertambahnya keasaman dari suatu asam.
Misalnya, khlor elektronegatif. Dalam asam khloroasetat, khlor menarik
keerapatan elektron dari elektron dari gugusan karboksil ke dirinya. Penarikan
elektron ini menyebabkan delokalisasi lebih jauh dari muatan negatif, jadi
menstabilkan anion dan menambah kekuatan asam dari asamnya. Asam khloroasetat
lebih kuat dari asam asetat. Makin besar penarikan elektron oleh efek induktif,
lebih kuat asamnya. Asam dikloroasetat mengandung dua atom khlor yang menarik
elektron dan merupakan asam yang lebih kuat dari pada asam khlorasetat. Asam
trikhloroasetat mempunyai tiga atom khlor dan lebih kuat lagi daripada asam
dikhloroasetat.
d. Garam dari asam karboksilat
Air
salah satu basa telalu yang lemah untuk menghilangkan proton dalam jumlah besar
dari kebanyakan asam karboksilat. Basa lebih kuat seperti natrium hidroksida
mengalami reaksi sempurna dengan asam karboksilat membentuk garam yang disebut
karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi netralisasi asam basa. Karboksilat
adalah garam berperilaku seperti garam organik; tidak berbau, titik leleh
relatif tinggi dan sering mudah larut dalam air. Karena bentuknya ion , maka sukar
larut dalam pelarut organik. Garam natrium dari asam karboksilat ranatai
hidrokarbon panjang disebut sabun. Karboksilat diberi nama sama seperti garam
anorganik. Nama ion karboksilat diambil dasri nama asam karboksilat asal. Asam
karboksilat juga bereaksi dengan ammonia dan amina menghasilkan ammonium
karboksilat. Reaksi dengan amina penting sekali dalam kimia protein sebab
molekul protein kaya akan gugusan karboksil dan gugusan amino. Dengan
mereaksikan asam karboksilat dengan asam kuat atau sedang kan mengubah garam
kembali menjadi asam karboksilat
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R .J dan Fessenden, J. S. 1983 .Kimia Organik edisi Kedua.
Jakarta :Erlangga.
Kasmadi dan G. Luhbandjono. 2006. Kimia Dasar II. Semarang :Universitas
Negeri Semarang.
Masalah : a. Dari uraian diatas mengapa resonansi
mempengaruhi keasaman suatu senyawa organik ? jelaskan ?
b. Dari uraian
diatas dikatakan bahwa efek induksi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keasaman asam karboksilat. Apa yang mendasari pernyataan tersebut?
jelaskan?
terimakasih informasinya.
BalasHapusmenurut saya rresonansi mempengaruhi keasaman karena basa konjugasi dari suatu senyawa asam dapat distabilkan melalui resonansi sehingga keasamannya akan meningkat.
efek induksi mempengaruhi keasaman asam karboksilat karena biasanya pada suatu senyawa organik memiliki gugus penarik elektron yang dapat menyebabkan efek induksi sehingga keasaman meningkat
Terimakasih kak
Hapusterimakasih atas informasinya kak, sangat bermanfaat. jawaban dari pertanyaan diatas adalah:
BalasHapusa. karena adanya basa konjugasi yang dapat distabilkan dengan resonansi dengan kata lain resonansi menstabilkan senyawa sehingga hal itu menyebabkan peningkatan keasaman suatu senyawa organik
b. hal itu karena pada asam karboksilat terdapat gugus penarik elektron yang memberikan efek induksi.
Terimakasih adek..semoga ilmunya dapat bermanfaat
Hapusterima kasih atas pemapaparan materinya. menurut saya pegaruh resonansi terhadap keasaman yaitu resonansi meningkatkan kestabilan sehingga meningkatkan keasaman suatu senyawa. dan untuk pertanyaan kedua efek induksi sipengaruhi adanya gugus penarik elektron yang mana efek induksi dapat meningkatkan keasaman
BalasHapushai Bayuu
BalasHapusTerimakasih atas informasi yang diberikan. Disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan. Menurut saya hal ini karena adanya delokalisasi muatan negatif. suatu senyawa yg beresonansi akan memiliki kestabilan yang baik oleh karena itu dapat meningkatkan keasaman . Untuk pertanyaan kedua, efek induksi ini berhubungan dengan gugus penarik elektron, gugus ini akan menarik kerapatan elektron dr gugus lain ke dirinya, akibat nya terjadi delokalisasi lebih jauh dari muatan negatif, jadi menstabilkan anion dan menambah kekuatan asam dari asamnya
Terimakasih, semoga membantu :)
terimakasih atas kesempatannya disini saya ingin menjawab pertanyaan untuk pertama resonansi pada muatan negatif basa konjugatnya yang akan mensttabilkan untuk senyawa asam ini lebih kuat
BalasHapusefek induksi bergantung pada gugus yang menariknya makin elektronegatif maka delokalisasi muatan negatif dapat lebih besar sehingga keasaman akan bertambah
Terimakasih bayu
BalasHapusSaya akan menjawab pertanyaannya
1. Sesuai yang anda jelaskan
Resonansi stabil dari ion karboksilat menyebabkan kedua isomer struktur dari ion karboksilat adalah ekivalen pada O mya, sehingga kestabilan O elektronegatif lebih terjaga dan kekuatan asam bertambah
2. Efek induksi dipengaruhi oleh gugus penarik dan pendorong elektron. Gugus penarik mampu menarik elektron yang berikatan dengan H sehingga H lepas dan keasaman meningkat
Sekian :)
materi yang sangat menraik, saya akan menjawab pertanyaan nomor 1, dimana dengan adanya resonansi maka basa konjugasi yang dihasilkan akan stabil sehingga senyawa akan bersifat lebih asam.
BalasHapussaya akan menjawab pertanyaan no.1.
BalasHapuskarena Resonansi dapat menstabilkan suatu basa konjugasi yang dihasilkan dalam peruraian asam sehingga dapat meningkatkan keasaman dari suatu senyawa organik.